Sonangol EP namanya ramai di
perbincangkan menyangkut kerjasamanya dengan pemerintah Indonesia soal
pembelian minyak mentah.
Grup
Sonangol EP dikuasai konglomerat China bernama Sam Pa merupakan kongsi lama Surya Paloh. Tahun 2009, Surya Energi mendapat
pinjaman modal dari China Sonangol International Holding Ltd. Anak usaha
Sonangol EP tersebut menyuntikkan dana 200 juta dollar AS ke Surya Energi untuk
menggarap Blok Cepu.
Untuk kita ketahui bersama bahwa Surya Energi adalah pemilik 75 persen
saham PT Asri Darma Sejahtera. Sementara 25 persen saham perusahaan ini
dikuasai oleh Pemerintah Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Asri Darma
inilah yang memboyong 4,5 persen saham blok minyak jumbo di Cepu
Apakah benar dengan membeli minyak dari
Angola akan memberikan penghematan kepada negara sebesar 25 persen? Sebelum
kita terjebak dengan keuntungan karena diskon
USD15 bbl dari harga pasar minyak dunia dan penghematan Pemerintah sekitar Rp
11 triliun sampai Rp 15 triliun, sebaiknya kita perlu mempertanyakan kenapa
pemerintah Angola melalui Sonangol EP bersedia menjual minyak ke Indonesia
dengan discount sekitar 25 persen, apa pertimbangannya dan apa
kepentingannya? Mengapa mereka tidak memberlakukan hal yang sama kepada negara lain
yang juga banyak membutuhkan pasokan minyak.
Dan juga yang harus diketahui oleh
masyarakat tentang harga jual minyak murah 25 persen itu seperti apa. Apakah harga
jual minyak dari Sonangol lebih murah 25 persen dari standar harga minyak
dunia. Jika saat ini harga minyak dunia rata rata diangka USD86 per barel, maka
apakah Sonangol akan menjual ke Indonesia dengan harga di sekitar USD64,5 per
barel?
Selain itu,
perlu diteliti, apakah Sonangol EP menguasai 100 persen hasil minyak yang
dihasilkan dari negaranya.
“Sebab,
berdasarkan data Energy Intelegence Research, yang mereka lansir pada 2011,
Chevron dan Exxon turut terlibat dalam pengelolaan migas di negeri Angola yang
bekerjasama dengan Sonangol EP, NOC-nya Angola.
Menurut Data
pihak Energy Intelegence Research , sebuah badan internasional yang menghimpun
data terkait perusahaan migas diseluruh dunia, saham perusahaan minyak lainnya
itu dalam pengelolaan migas di Angola prosentasenya bahkan lebih besar
dari pihak Sonangol EP.
Energi
Intelegence Research merilis bahwa jenis crude asal Angola terdiri dari lima
jenis yakni :
v Untuk Crude Jenis Cabinda yang untuk pengelolaan jenis crude ini terdapat
saham Chevron sebesar 39,2 persen, Total 10 persen, Eni 9,8 persen, dan
Sonangol 41 persen.
v Untuk Crude Jenis Girassol, Total dan Sonangol 40 persen, Exxon 20 persen,
BP 16,67 persen, dan Statoil 23,33 persen.
v Untuk Crude Jenis Kisasanje Blend, Exxon 40 persen, BP 26,6 persen, ENI 20
persen, dan Statoil 13,33 persen.
v Untuk Crude Jenis Kuito, Chevron 31 persen, Sonangol 20 persen, Total 20
persen, ENI 20 persen, dan Petrogal 9 persen.
v Untuk Crude Jenis Cabinda, Chevron 39,2 persen, Sonangol 41 persen, Total
10 persen, dan ENI 9,8 persen. “Logikanya, untuk menjual minyak kemanapun,
tentunya harga jualnya harus berdasarkan persetujuan dari pihak tersebut,”
sebut Sofyano.
Dan pemerintah perlu mempertanyakan, apakah perusahaan minyak yang menguasai juga setuju pihak Sonangol menjual minyak ke
Indonesia dengan harga yang lebih murah 25 persen ketimbang mereka menjual
ke negara lain.
Dengan menjual
ke Indonesia dengan harga murah tersebut, apakah tidak akan timbul konflik
kepentingan antar perusahaan yang telah lama bekerjasama dengan Sonangol EP
tersebut. “Jika yang dimaksud menghemat 25 persen itu adalah harga jual
atau diskon untuk harga minyak Angola jelas itu sangat tidak bisa
dipercaya begitu saja.
Presiden Joko Widodo
telah menandatangani perjanjian kerja sama pembelian minyak dengan Wakil
Presiden Angola Manuel Domingos Fincente di Istana Merdeka, Jumat 31 Oktober 2014.
Setelah
perjanjian ini ditandatangani, direncanakan, Indonesia yang diwakili Pertamina
akan membeli minyak dari perusahaan minyak nasional Angola, Sonangol EP.
Menteri Energi Sudirman Said mengatakan pembelian minyak dari Angola ini dapat menghemat pengeluaran negara sebesar USD 2,5 juta atau sekitar Rp 30 triliun per tahun.
Menteri Energi Sudirman Said mengatakan pembelian minyak dari Angola ini dapat menghemat pengeluaran negara sebesar USD 2,5 juta atau sekitar Rp 30 triliun per tahun.
Akan tetapi, hal berbeda terlihat dari respons teknis oleh Sonangol Asia per tanggal 20 November 2014, yang menjawab surat Pertamina per tanggal 18 November 2014 mengenai "Counter To The Proposed Contractual Volume 2015". Sonangol secara tegas menjawab permintaan Pertamina mengenai diskon USD 15 /bbl tidak dapat diberikan dan masih mengacu pada normal-market price.
Untuk itu pemerintah harus tegas memeriksa lagi soal tindak lanjut dalam
pembicaraan soal kontrak Sonangol ini. Jika tak sesuai kesepakatan atau
perjanjian awal, wajib ditolak. Jangan sampai kesepakatan yang ada, justru
membuka celah bagi masuknya broker-broker migas baru yang berpotensi menguatkan
jejaring mafia migas baru.
Di harapkan sekali kita
masyarakat dan DPR RI harus kritis dan mengawasi pola kerjasama pembelian atau pengelolaan
migas, termasuk dalam kasus Sonangol ini. Sebab para mafia dan jejaringnya
terus berusaha keras untuk membuka celah baru untuk eksistensi mereka. Jika benar Sonangol EP bersedia menjual minyak ke Indonesia dengan diskon
sekitar 25 persen, kita perlu mempertanyakan apa pertimbangannya dan apa
kepentingannya.
No comments:
Post a Comment