Sosok
Mentri yang menjadi Kontroversi di Kabinet Jokowi-JK sebagai Menteri BUMN dalam
Kabinet Kerja periode 2014-2019, adalah ibu dari 3 orang anak kelahiran Amerika Serikat pada tanggal 9 Juni
1958. Perempuan lulusan Wellesly College Massachusetts, USA tahun 1981, pernah
menjabat menjadi Wakil Kepala Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN),
Jakarta tahun 1998 dan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Kabinet Gotong
Royong tahun 2001-2004 di era pemerintahan Megawati Soekarnoputri. Penghargaan yang
diperolehnya sebagai Pemimpin Puncak Terpuji 1995 dari Majalah Swa Sembada tahun
1995. Sedangkan perjalanan kariernya adalah :
§
Presiden
Komisaris PT Semesta Citra Motorindo, Jakarta
§
Pengurus
Pinjaman Bank Dunia untuk Negara-negara Asia Afrika, Departemen Keuangan
Amerika Serikat, USA (1979-1980)
§
Trainee
Departemen Keuangan USA, Office of Multilateral Development Bank, USA
(1981-1982)
§
Trainee
Citibank N.A, Jakarta (1982)
§
Asisten
Manager Citibank N.A, Jakarta (1982-1983)
§
Manager
Citibank N.A, Jakarta (1984-1988)
§
Assisten
Vice President Citibank N.A, Jakarta (1986-1988)
§
Vice
President Citibank N.A, Jakarta (1988-1989)
§
GM
Finance Division PT Astra International, Jakarta (1989)
§
Direktur
Keuangan PT Astra International, Jakarta (1990)
§
Direktur
Utama PT Astra International, Jakarta (1998-2000)
§
Komisaris
PT Agrakom (Bidang Bisnis Internet), Jakarta (2000)
§
Presiden
Direktur PT Semesta Citra Motorindo (2000-2001)
§
Presiden
Direktur PT Kanzen Motor Indonesia (2005)
Kegiatan lain dari
perempuan yang disebut Presiden Jokowi "Profesional,
CEO, pekerja keras, ketua tim transisi, pernah jadi menteri perindutrian dan
perdagangan, pekerja yang super cepat, lincah sekali," adalah Ketua
Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) dan Penasehat Ahli Keuangan Koperasi Pegawai
Negeri khususnya pada Bank Kesejahteraan Ekonomi (Bank yang saham terbesarnya
dikuasai Koperasi Pegawai Negeri)
Rekam gelap Rini Soemarno dalam Kabinet Gotong Royong pada masa kepemimpinan Megawati
Soekarnoputri, seperti yang dipetik dari Merdeka.com. Pada saat itu dia diduga
terlibat sejumlah kasus. Salah satunya kasus dugaan korupsi penerbitan Surat Keterangan Lunas (SKL) Bantuan Likuiditas Bank
Indonesia (BLBI).
Mantan Ketua Tim Transisi Jokowi-JK ini juga tercatat
pernah 'digarap' penyidik Kejaksaan Tinggi (Kejati) DKI Jakarta, terkait kasus
dugaan korupsi penjualan aset pabrik gula Rajawali Nusantara Indonesia (RNI).
Tidak hanya itu, Rini juga pernah diperiksa oleh
Panitia Kerja (Panja) Komisi I DPR terkait proses imbal dagang pesawat jet tempur Sukhoi, helikopter dan peralatan militer Rusia.
Ditengarai, dalam proses imbal dagang itu telah terjadi kerugian negara.
Rini yang pernah menjabat sebagai Presiden Direktur Astra Internasional itu disebut oleh DPR melakukan pelanggaran Undang-undang Pertahanan dan Undang-undang APBN.
Rini yang pernah menjabat sebagai Presiden Direktur Astra Internasional itu disebut oleh DPR melakukan pelanggaran Undang-undang Pertahanan dan Undang-undang APBN.
Rini
Soemarno merupakan kakak kandung Ari Soemarno, fakta ini menguatkan dugaan
kuatnya intervensi keluarga Soemarno dalam penyusunan kabinet Jokowi,
"Skemanya
itu Rini Soemarno Menteri BUMN di hilir migas, Ari Soemarno kandidat kuat
Komisaris Utama Pertamina dan penjaga kebijakan dipegang Sudirman Said, kaki
tangan Ari Soemarno memegang Hulu Migas di ESDM dan mengamankan bisnis migas
Medco si Arifin Panigoro. Sempurna di sini network Soemarno dan Arifin Panigoro
menguasai Jokowi mengambil alih kekuatan Megawati dan PDIP".
Salamuddin Daeng Pengamat dari Asosiasi Ekonomi
Politik Indonesia (AEPI) dalam keterangannya seperti yang dikutip dari TRIBUNNEWS.COM
"Dengan
formasi seperti ini, praktis migas berada dalam satu genggaman oleh Soemarno
Inc".
Menurutnya, Rini tidak memiliki prestasi saat duduk di
kabinet Presiden Megawati Soekarnoputri. Ini dapat dibaca dalam kasus ambruknya
PT Dirgantara Indonesia , Texmaco, dan perusahaan industri nasional lainnya.
Sementara Sudirman pernah dicopot sebagai Vice
President Integrated Supply Chain (ISC) Pertamina tanpa alasan jelas. Meski
sebagai pendiri Masyarakat Transparansi Indonesia, namun selama memimpin ISC
Sudirman diduga terjadi kerugian negara.
Ari Sumarno sendiri yang telah lama terlibat didalam Pertamina,
sebagai staf khusus direktur hilir, sebagai direktur Petral, sebagai direktur
utama Pertamia. "Ia ikut berkontribusui terhadap semakin ambruknya sektor
migas Indonesia, juga semakin ambruknya pertamina. Ari Sumarno bukanlah sosok
yang berprestasi dalam membenahi migas dan pertamina. Periode kepempimpinannya
merupakan periode semakin merosotnya sektor migas indonesia dan membengkaknya
impor minyak," ujarnya.
Terbentuknya Sumarno Inc yang menguasai bisnis migas
semakin menyuburkan praktik mafia dalam supply chain migas dari hulu sampai
hilir.
"Dipegangnya sektor migas oleh suatu kelompok
bisnis, atau kelompok yang berlatar belakang bisnis, akan semakin menyuburkan
praktik mafia di dalam sektor migas,"kata Daeng.
Ia memprediksi visi Trisakti dalam sektor migas akan semakin
jauh, karena penyelenggara migas bagian dari rezim lama yang menjadi elemen
parasit. Selama ini mereka berkontribusi pada ambruknya industri migas
nasional.
"Dengan demikian nasionalisasi migas di tangan
kabinet sekarang ini ibarat pepatah jauh panggang dari api," sambung
Salamuddin.
Itulah
salah satu alasan kenapa sosok Rini Soemarno menjadi kontroversi di dalam kabinet Jokowi-JK
dan banyak kalangan yang kontra dengan keberadaan Rini Soemarno menjadi Mentri
BUMN.
Kritik
berbagai kalangan terhadap masuknya nama Rini Soemarno dalam jajaran kabinet
Jokowi JK, ternyata hanya dianggap angin lalu, dan itu bisa mempengaruhi
pemerintahan Presiden Jokowidodo dan Jusuf Kalla kedepannya.
sip artikelnya...
ReplyDeleteThanks Pak.... Neh baru belajar buat blog
ReplyDelete